Niat tulus dan
usaha persiapan yang tidak sedikit telah tiba saatnya untuk dilaksanakan. KPC
Click club sebagai organizer acara KCC Ekspedisi fotografi Arung Mahakam 22
April -24 April 2011 berusaha menyajikan suatu format perjalanan yang detil,
efesien dan tentunya penuh keceriaan bagi para peserta. Peserta ekspedisi yang
berjumlah 18 orang terdiri dari mayoritas anggota KCC dan beberapa teman-teman
yang haus akan perjalanan unik khususnya menyangkut kehidupan dan budaya Kalimantan.
Antusias serta
semangat panitia dan peserta sangat terlihat dari wajah-wajah yang tersenyum.
Dengan persiapan dan rencana yang matang mereka semua berharap Tuhan akan
merestui perjalanan dengan mengakrabkan antara mereka dan alam. Semoga hujan,
riak besar, serta halangan tidak terjadi selama itu. Amin…
Perjalanan
panjang ini dimulai dari titik keberangkatan halte wisma rayah pada pukul 00.00
wita. Mobil-mobil pengantar sudah menghidupkan mesin sebagai tanda perjalanan
akan segera ditempuh. 4 mobil innova yang disiapkan langsung mengarah ke
tenggarong dimana perjalanan ini akan dilanjutkan dengan kapal. Perjalanan
darat menuju tenggarong terasa agak panjang padahal seharusnya tidak begitu.
Ini dikarenakan ada beberapa peserta yang muntah dan 3 kali supir meminta
berhenti untuk minum kopi dengan alasan ngantuk. Peserta wanita protes agar
mereka dipindahkan ke mobil lain karena si bapak supir membuat mereka tidak
nyaman dengan cara menyetirnya. Walaupun sudah diingatkan tapi tetap saja
begitu. Memang menyebalkan…
Menjelang waktu
subuh, peserta sampai di mesjid entah namanya apa di jalan poros
samarinda-tenggarong untuk menunaikan ibadah sholat subuh bagi peserta muslim.
Supir dan teman-teman peserta yang beragama lain dengan hati besar penuh
toleransi menunggu di mobil dan diluar mesjid sampai yang lain selesai ibadah.
Sungguh, tenggang rasa manusia Indonesia
terlihat masih berada di darah para peserta. setelah peserta bersiap
melanjutkan perjalanan, ternyata ada salah satu peserta wanita, sofie, baru
bangun dan bersiap untuk sholat. Waduh, terpaksa peserta lain harus menunggu
lagi sampai “sang putri” selesai. Setelah menunggu cukup lama, rombongan
peserta bersiap kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan ke pelabuhan
tenggarong.
Bersamaan dengan
matahari terbit, rombongan peserta pun sampai di dermaga tenggarong yang
terletak persis didepan museum tenggarong. Terlihat wajah berseri-seri dari
para peserta karena melihat kapal yang akan mereka gunakan ke hulu Mahakam.
Kapal besar dua lantai berwarna pink dengan susunan air conditioner diatap
kapal dengan satu antena parabola memperlihatkan kemewahan dan juga tawaran
kenyamanan selama arung sungai Mahakam ini. Satu persatu barang bawaan pribadi
dan logistic peserta diturunkan dari mobil untuk dimasukkan ke dalam kapal.
Setelah itu para peserta tidak sabar untuk langsung mangabadikan keberadaan
mereka pagi itu dengan berfoto bersama didermaga dengan background kapal
tersebut. Setelah dirasa cukup, peserta mulai masuk kekapal untuk bersiap
berbagi kamar. Satu kamar akan diisi oleh dua orang dengan tempat bertingkat
serta dilengkapi dengan Air conditioner, akan nyaman sekali perjalanan ini.
Semua peserta naik ke lantai 2 di muster point untuk briefing dilanjutkan
dengan pembagian teman sekamar dan juga ada safety induction singkat dari
pemilik kapal. Untuk perangkat keselamatan, kapal ini boleh dikatakan sangat
lengkap. Mulai dari kartu petunjuk keselamatan, life vest, alarm bahaya, serta
jalur evakuasi pun ada. Pokoknya lengkap. Perjalanan yang menyenangkan dan
aman.
Tepat pukul
07.00 wita deru baling-baling kapal mulai terdengar keras menandakan bahwa
kapal telah mendapat izin untuk berlayar dari syahbandar. Semilir angin sungai
mulai terasa menerpa kulit. Peserta mulai disuguhkan pemandangan tepi sungai
yang menarik. Kehidupan masyarakat terlihat unik dengan pola kegiatan yang
sebagian besar dilakukan di pinggir sungai. Mulai dari mencuci, mandi sampai
buang air besar pun dilakukan diatas sungai Mahakam. Kehidupan masyarakat yang
seperti inilah yang ditunggu-tunggu oleh peserta terutama yang sangat
menyenangi human interest photography. Kebetulan juga pada jam tersebut
merupakan saatnya masyarakat melakukan aktivitas mandi dan cuci. Masyarkat
khususnya ibu-ibu yang hanya menggunakan sarung sebatas dada dengan cueknya
beraktivitas walaupun terlihat kapal melintasi dan para peserta menjepretkan
kameranya mengabadikan prosesi mandinya. Bapak-bapaknya pun tidak mau kalah
dengan ibu-ibu, mereka pun mandi dengan cueknya. Memang seperti itulah
kehidupan di tepi sungai Mahakam, walaupun terlihat sepintas seperti vulgar,
mereka tetap melakukannya turun temurun.( to be Continue)